Ir. Sukur Nababan, Caleg PDIP No.1 DPR RI, dapil Kota Bekasi & Depok

Dari Tepi Kali Malang Bangun Peradaban Bsngun Jaringan Bangun Pertemanan

bekasi-online.com, Kamis, 19 Mar 2009, 04:35 WIB

MESRA : Sukur Nababan dan Mochtar Mohamad, dalam acara sosialisasi Calon anggota Legislatif dari PDIP di Binus Centre beberapa waktu lalu (Foto: SN)

KALIMALANG, bksOL -- Untuk mewawancarai orang satu ini sebenarnya gampang, karena kebetulan saya mempunyai teman dekan yang jadi graphic designer sang caleg.

Sang graphic designer adalah mahasiswa di satu Universitas di Kota Bekasi, Edo namanya. Tapi karena kesibukannya dia dan saya sehingga susah untuk bisa bertemu.

Akhirnya blogs yang menulis tentang profil Sukur Naban terbit juga, dan itu tidak saya sia-siakan. Tinggal copy dan paste jadi lah dia di dalam jaringan blogs saya.

No problemo! Daripada susah nyari-nyari dia dan bikin berita ya kan? Toh isinya tetap aja saya link ke alamat aslinya. Paling nggak nanti saya bisa buktikan bahwa jaringan blogs saya jauh lebih tinggi rating dan kualitas kunjungannya daripada blogs milik Sukur Nababan sendiri.

Berikut ini kutipan yang saya ambil langsung dari blogs yang "kemungkinan" ditulis oleh Sukur sendiri. (Buat saya bukan masalah lah....)

Karena mungkin orang lain baik itu awam maupun netter dan blogger mania lebih percaya sama tulisan pihak ketiga untuk mengetahui profil tokoh, siapapun mereka. Kalau boleh saya bilang, blogs saya bukanlah blogsnya orang narsis...

Karena nggak nyeritain tentang diri saya sendiri bukan? Tapi menceritakan hasil wawancara saya tentang orang yang memang "patut" disebut tokoh. (hehehehe... kalo begitu narsis gak seh?) [■]

Reporter: SidikRizal, Editor: Abu Abdullah

---------------------

Sebelumnya saya tidak pernah tahu apa itu Politik. Sepanjang hidup saya habiskan untuk bekerja dan membangun imperium bisnis. Dulu saya beranggapan bahwa politik adalah sesuatu yang penuh dengan kecurangan dan tidak mengenal belas kasihan.

Tapi semuanya berubah, ketika saya mulai menyadari ketika saya sering berkunjung ke daerah pelosok-pelosok Nusantara, di ceruk-ceruknya saya jumpai kenyataan yang sebelumnya tidak pernah saya bayangkan.

Sekumpulan Manusia yang hidup jauh dari jangkauan kesejahteraan. Disisi lain, idelogi sebuah kelompok seakan menghalalkan penindasan dan penistaan kelompok lainnya. Aku terpana dengan segala carut marut wajah negeriku. Yang lebih mengiris hati, saya ternyata abai dengan kondisi dimana tempat saya tinggal, Kota Bekasi.

Pilkada Kota Bekasi 2008, adalah titik dimana saya mulai bersentuhan dengan ranah politik. Adalah seorang calon Wali Kota Bekasi, Mochtar Mohamad, menawarkan sebuah konsep politik kekuasaan yang berlandasan pada falsafah memperjuangkan nasib rakyatnya. Bahwa kebutuhan mendasar bagi masyarakat Kota Bekasi adalah aspek pendidikan dan kesehatan.

Mochtar menawarkan Pendidikan dan Kesehatan pendidikan gratis manakala ia terpilih kelak.

Saya juga dibuat terpana dengan ide tentang rumusan Bhineka Tunggal Ika yang dengan menjadikan Bekasi sebagai miniaturnya. Keberagaman harus dijaga, perbedaan mesti dirawat untuk menjadi modal dasar membangun negeri, setidaknya dimulai dari Kota Bekasi.Dan bersama-sama kami berjuang untuk memenangkan Pilkada Kota Bekasi, Puji Tuhan Mochtar terpilih menjadi Walikota Bekasi periode 2008-2013.

Semenjak itu, persentuhan saya dengan Mochtar semakin intens.Dari situ saya mulai memahami aspek perjuangan politik memiliki peran yang sangat signifikan untuk merubah sistem keindonesiaan menuju masyarakat yang dicita-citakan. Gayung bersambut, Mochtar seolah membaca perubahan cara pandang saya terhadap politik, dan menawarkan sebuah ruang perjuangan untuk saya geluti, yaitu menjadi calon anggota DPR RI dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk daerah pemilihan Kota Bekasi dan Kota Depok.

Setelah saya renungi dan mempertimbangkan matang-matang untung ruginya. Juga membicarakannya dengan istri dan keluarga besar saya, berdiskusi dengan teman-teman dekat. Akhirnya saya putuskan untuk menerima tawaran Mochtar.

Saya memaknai politik bukan tujuan untuk memenuhi hasrat pribadi saya pribadi. Toh, semua sudah saya miliki. Tapi bagi saya politik adalah alat, yang dapat menggerakkan, menghimpun dan mengarahkan kekuatan rakyat ke arah cita-cita besar bersama.

Meskipun saya paham betul, bahwa perjuangan itu memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang tidak sedikit. Namun saya sudah membulatkan tekad untuk bertarung dengan sungguh-sungguh untuk meraih kemenangan, bukan kemenangan saya, tapi kemenangan seluruh rakyar Kota Bekasi dan Depok.

Saya mulai mengumpulkan teman-teman yang memiliki pemikiran yang sama dengan saya. Kami bertemu, berkumpul, merumuskan sebuah strategi gerakan suksesi. Kemudian kami menyepakati Ruko Sun City Bekasi sebagai dapur gerakan, tempat dimana semua ide diramu dan dimasak. Kami mulai dari Kali Malang Untuk Membangun Peradaban.
----------------------------------------------------------------------

Ir. Sukur Nababan "Penyebar Semangat"


NAMANYA tiba-tiba mencuat dalam blantika sosial politik Kota Bekasi pasca Pilkada kemarin, terlebih setelah menduduki posisi manager Persipasi. Sedikit orang yang tahu apa latarbelakangnya.

Yang pasti dialah salah satu tokoh kunci dibelakang kemenangan Mochtar Mohamad-Rahmat Efendi, ia juga yang menjadi konseptor konser tapal batas yang sempat menghebohkan. Dialah Sukur Nababan, yang selalu merunduk dan tidak mau membuka dirinya kepada publik.

Setiap kali ditanya apa pekerjaannya ia hanya menjawab, main dan jalan-jalan. Hal itu pula yang membuat Mochar Mohamad sempat binggung tentang dirinya ketika berkenalan pada pertengahan November 2007.

Bagi Sukur, pertanyaan-pertanyaan tentang dirinya akan dijawab dengan kerja nyata seiring dengan berjalannya waktu tanpa perlu digembor-gemborkan. “kerja saya adalah memberikan semangat untuk sukses kapada orang lain” kata Sukur sambil tersenyum.

“Setiap orang dilahirkan untuk sukses, masalahnya adalah seberapa siap anda untuk menjadi orang sukses” ujar Sukur Nababan dengan intonasi optimis, tatapan mata tajam dan gerak tubuh yang ekspresif, kalimat itu seolah menjadi mantra mujarab untuk membangkitkan semangat lawan bicaranya.

Sukur memang seorang motivator, ribuan orang telah tergerak hatinya untuk merubah nasib setelah mendengarkan Sukur bicara.

Parameternya kesuksesan ada tiga, yaitu kemandirian ekonomi, kesehatan dan dicintai oleh orang lain. Orang sukses, kata Sukur, selalu mengunakan akalnya untuk mencari solusi atas beragam permasalahan dan kemudian mengerjakannya.

Orang gagal, selalu menjadikan masalah sebagai alasan untuk lari terbirit-birit. “tapi yang terpenting adalah seberapa berarti hidup anda bagi orang-orang yang anda cintai” kata pria kelahiran 14 Oktober 1968.

Untuk menjadi orang yang dicintai kuncinya adalah pengabdian yang tulus. Sukur berkisah, bahwa semangat pengabdian yang ia miliki tidak lepas dari pengaruh kultur keluarganya.

Bapak ibunya yang berasal dari Sumatera utara adalah seorang guru yang sempat mengenyam pendidikan di Sumatera Barat tempat Sukur dilahirkan. Masa kecilnya dihabiskan berpindah-pindah, mengikuti sang ayah yang keluar masuk hutan pedalaman Tapanuli untuk mendirikan sekolah.

Sukur sendiri mengaku tidak ingat berapa banyak sekolah yang telah didirikan oleh ayahnya, namun yang pasti bekas murid sang ayah kini banyak yang menjadi orang. “ada kebahagiaan tersendiri di sana” kata Alunus Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan tehnik mesin.

Selepas kuliah, Sukur bekerja berpindah-pindah, kata dia, merupakan bagian dari strategi untuk menambah pengetahuan dan memperluas jaringan. Namun setelah bekerja selama 13 tahun, ia merasa tidak dapat berkembang secara maksimal selama menjadi orang gajian.

Akhirnya, Sukur memutuskan untuk berwirausaha, meskipun sempat terseok-seok pada permulaaanya. Tidak perlu menunggu lama hanya lima tahun kini ia sudah menjadi pengusaha sukses sekaligus motivator yang kerap diundang dipelbagai daerah untuk menyebarkan semangat.

Selalu ingin menjadi yang terbaik, kemauan kuat untuk sukses dan kerja keras adalah rumus yang selalu saya berikan kepada setiap orang yang ingin sukses. Pada dasarnya, lanjut Sukur, setiap orang juga dilahirkan menjadi petarung.

Pada masa balita ketika belajar berjalan, kita seringkali terjatuh, tapi keinginan untuk bisa berjalan terus membuat kita mencoba terus. Tapi saat ini banyak orang yang jatuh akibat masalah tapi enggan bangun. “tidak perduli berapa kali anda jatuh, tapi bagaimana anda segera bangkit ketika terjatuh” kata Sukur.

Sumber: Harian Pikiran Rakyat

Bang Sukur Nababan dan Mochtar Mohamad


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama